Hujan sore ini yang menemaniku menikmati secangkir kopi sambil aku duduk dibalik jendela.
Indah derai air hujan yang jatuh menyentuh kaca kaca jendela kamar ku sore ini. Dingin ini, aroma ini sudah lama sekali tak menyapa ku. Rindu akan aroma tanah terbasahi air hujan menariku keluar sambil memegang cangkir kopi untuk setidaknya mengurangi hawa dingin. Pandanganku tidak bisa lepas, ku nikmati setiap titik titik air yang berjatuhan, tanpa sadar berapa menit berlalu, lamunanku sudah jauh terbang. "Kenapa tidak terdengar nyanyian anak anak dalam bisingnya hujan, kenapa tidak terlihat tarian mereka diantara lebatnya hujan? Padahal ini hujan pertama di musim ini", pertanyaan itu seakan datang dengan spontan di kepalaku. Memang dulu sewaktu aku kecil, ketika datang hujan aku akan langsung berlari keluar menikmati dinginnya tetes hujan yang mengalir melewati tubuhku. Tanpa harus saling memanggil, kawan-kawan ku pun akan datang, kemudian kami berkumpul di halaman masjid depan rumahku. Kami tertawa, kami bahagia dibawah awan awan mendung, dinginpun seperti tidak terasa, kami berlari, kami bernyanyi kami menari seperti halnya kami melakukan ritual perayaan syukur untuk turunnya hujan. Kami bahagia tanpa biaya.
Namun sudah beberapa tahun kebelakang ini aku tidak lagi melihat anak-anak kecil riang saat hujan. "Kenapa? apa jaman memaksa mereka berubah?", "Oh iya, sekarang mereka lebih senang duduk di depan monitor diwarnet-warnet, atau paling tidak mereka lebih senang dengan gadget mereka".
Ternyata perkembangan teknologi seakan membuat rantai-rantai tidak terlihat, mereka hanya terpaku dengan dunia itu. Kasihan sekali, apakah kau hujan akan kesepian tanpa tawa anak-anak. Sepertinya kau sudah dibenci, kedatanganmu tidak lagi disambut riang, jangankan itu kau tidak dipedulikan selain dikatakan menyebalkan. Walaupun kau indah, sedikit dari kami yang menyadari, walaupun kau menyejukan sekarang, hanya sedikit dari kami yang peduli, walaupun kau menengakan, tapi banyak dari kami yang menganggap kau menyebalkan. Hujan, hujan jangan marah, inilah keadaan kami sekarang, walaubegitu jangan berhenti untuk turun, jangan berhenti membasahi tanah kami, mungkin besok kami akan sadar betapa kami menunggu hujan turun.
0 comments:
Post a Comment