Saturday, 18 November 2017

Sejarah Kemunculan Kaum Fundamen di India

01:40 Posted by Dziki No comments
Pasca runtuhnya kerajaan Mughal, India adalah negara yang sama-sama mengalamipenyakit imperialisme, sebagai mana Mesir dan Iran. Inggris telah  menjajah India yang dihuni oleh dua agama besar, yaitu agama Hindu dan Islam.  Dalam menyikapi penjajah ini dilakukuan berbagai gerakan yang untuk  menetralisir keberadaan penjajah. Ada yang menyikapinya dengan pro-Inggris dan ada pula yang kontra.
Sejak Inggris menguasai pemerintahan, kelompok Barelwis dan ulama Farangi Mahall menerima pemerintahan Inggris. Namun di balik sikap pronya terhadap  Inggris, kelompok ini juga mentransmisikan keyakinan dan praktik tradisional,  termasuk penghormatan terhadap syari’at. Respons berikutnya diterapkan oleh Aligarh dan Liga Muslim yang bergerak pada tataran penyerapan sains Barat dan  pembentukan sebuah identitas politik Muslim yang modern. Respons terakhir ini yang kemudian mengantarkan pada terbentuknya negara baru, Pakistan.
Di balik semua respons di atas, ada dinamika tersirat dalam merespons pemerintahan asing. Respons terhadap pemerintahan asing ini ditandai dengan peperangan tiga pihak, yaitu sesama Muslim, antara Islam dan Hindu, dan antara Islam dan Inggris. Peperangan ini adalah proses tujuan jangka panjang, yakni mengenai masa depan politik dan kultur India.
Berikutnya juga ada pemberontakan Muntiny  (1857)  oleh kalangan Muslim yang disebabkan oleh akumulasi pemerintahan Inggris. Sayangnya pemberontakan ini  mengalami kekalahan. Para pemberontak ditumpas secara kejam sehingga tidak  mudah terlupakan.
Walaupun demikian pasca pemberontakan ini, ada tokoh terkenal yang tetap  memilih untuk menerima pemerintahan Inggris. Tokoh tersebut adalah Sayyid  Akhmad Khan. Ia masih berharap pemerintahan Inggris agar bergaul secara baik  dengan bangsa  India.
Sementara Sayyid Amir Ali hanyalah seorang apolog belaka yang membela Islam dari isu-isu negatif baik dari luar ataupun dari dalam. Ia tidak melakukan budaya  tanding agresif terhadap pemerintahan Inggris.
Tokoh popular berikutnya adalah Muhammad Iqbal. Ia adalah seorang sosialis  yang menganjurkan  solidaritas. Ciri khas gerakannya adalah evolusioner dan  bukan revolusioner sebagaimana dilakukan Mustafa Kemal.
Sementara ketika Muhammad Ali Jinnah menjabat sebagai pemimpin Partai Liga Islam pada tahun 1934, anggaran dasar partainya dirubah dengan corak yang lebih  hidup dan demokratis.
Setelah ia menang  (1945) terhadap “pesta demokrasi” yang diadakan oleh  Inggris pada saat itu Jemaat Islam tidak ikut karena Inggris dianggap kafir. Ia mendeklarasikan berdirinya negara Pakistan.
Sayangnya Jemaat Islam menentang keras program Liga Muslim, karena ia  memandang Partai Liga Muslim sebagai kolaborator dalam perencanaan Inggris untuk memecah belah bangsa India dan menahan kemerdekaan India. Jemaat ini  juga menentang keras sekularisme tokoh-tokoh intelek yang ada dalam partai  tersebut. Mereka begitu meragukan negara tersebut walaupun itu dinamakan negara Islam. Hal ini terlihat dari pandangan Partai Liga Muslim yang  menganggap
keamanan politik Muslim India merupakan pertimbangan utama, sedangkan mengenai konsep dan praktek merupakan permasalah yang sekunder.

Proyek Pakistan terlihat program elit sekuler yang berasaskan nasional demokrasi.  Walaupun sama-sama beridentitas Islam, tapi kali ini akan menjadi rival bagi Muslim fundamentalis.

0 comments: