Monday, 20 November 2017

Sejarah (Faktor) Kemunculan Fundamentralis Mesir

15:10 Posted by Dziki No comments
Sudah sekian banyak gerakan nasionalisme dilakukan di Mesir untuk membersihkan diri dari penjajahan Inggris. Nasionalisme yang terjadi di Mesir, bagi penulis ada dua tahapan, yaitu nasionalisme sekuler dan nasionalisme  religius.  Yang dimaksud nasionalisme sekuler adalah gerakan nasional yang tidak  berdasarkan Islam sepenuhnya dan masih pro-ideologi Barat, khususnya ideologi yang disampaikan Ali Abd al-Raziq  dan  Lutfi al-Sayyid, para murid Muhammad Abduh. Sementara nasionalisme religius (fundamentalisme) merupakan gerakan  nasional yang sama sekali menghilangkan unsur-unsur Barat di dalamnya dan  murni gerakan nasional agama Islam, seperti gerakan Sayyid Qutb.
Tokoh lainnya terlihat moderat-moderat saja. Hassan al-Banna (1906-49) menemukan cara mengubah pembaruan tokoh-tokoh di atas menjadi sebuah gerakan massa. Ia tahu bahwa Mesir membutuhkan sains dan teknologi Barat; bahwa Barat harus  dimodernisasi secara politik, sosial, dan ekonomi. Ini adalah masalah praktis yang  harus disertai dengan pembaruan rohani dan kejiwaan, yaitu kembali pada prinsip  al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam gerakannya al-Banna senantiasa menegaskan bahwa ia tidak memiliki niatan  untuk mengkudeta atau merebut kekuasaan. Tujuan utama alIkhwan al-Muslimun  adalah pendidikan. Menurutnya ketika rakyat telah menyerap pesan Islam dan  membiarkannya mengubah mereka, maka  Mesir menjadi negara yang Islami  tanpa  melalui kekerasan.
Banna tidak menghendakai al-Ikhwân al-Muslimun menjadi keras atau radikal, ia hanya sangat menaruh perhatian pada pembaruan fundamental masyarakat Muslim yang telah digerogoti penjajahan dan tercerabut dari akarnya.
Kelemahan al-Banna dalam memimpin al-Ikhwan al-Muslimun adalah tidak  mampu mengkordinir anggotanya yang begitu banyak.
Sehingga pada tahun 1943 muncul sempalan kelompok yang bernama “aparat  rahasia”  (al-hijaz  al-sirra) yang dianggap teroris oleh Karen Armstrong. Menurut Richard P. Mitchell, dijelaskan oleh Armstrong bahwa kelompok itu hanya  berjumlah sekitar seribu anggota dan anggota al-Ikhwan al-Muslimun tidak pernah  mendengar keberadaannya hingga hari ini. Barangkali kelompok ini adalah respons atas kebijakan Anwar Sadat yang mendirikan “perserikatan pembunuh” pada akhir  1940-an untuk menyerang Inggris dan politikus-politikus yang dianggap “berkomplot” dengan Inggris. 1948 anggota unit teroris “aparat  rahasia” memulai  kampanye teror yang berawal dengan pembunuhan Ahmed al-Khazinder, seorang  hakim.
Kemudian pada musim panas mereka melakukan serbuan ganas dan  pengeboman distrik Yahudi di Kairo dan puncaknya adalah pembunuhan perdana menteri Muhammad al-Nuqrasyi.
Al-Ikhwan  al-Muslimun yang tidak satu komando ini akhirnya berhasil dibubarkan pada tahun 1948 dengan sadis, tapi lahir kembali pada 1950 bertepatan pada masa  pemerintahan Jamal Abd  al-Nasser (1918-70) yang telah menggulingkan rezim lama dengan kudeta militer.
Rezim Nasser menganut paham sosialis dan sangat ingin membangun hubungan  dengan Soviet. Kebijakan luar negerinya adalah pan Arab dan menekankan  solidaritas Mesir dengan negara Asia dan Afrika. Nasser juga seorang sekularis yang teguh, tak satupun termasuk agama boleh dibiarkan  mengganggu  kepentingan nasional.
Awal-awal Nasser menyanjung al-Ikhwan al-Muslimun karena ia butuh mereka dalam hal retorika Islamnya. Namun kemudian retorika al-Ikhwan  al-Muslimun terlalu populis dan terkesan menyeleweng dari kehendak Nasser, pada akhirnya Nasser membubarkan al-Ikhwan  al-Muslimun pada 1954 dengan alasan bahwa mereka merencanakan revolusi tandingan.
Sekelompok al-Ikhwan al-Muslimun menjadi gerakan bawah tanah dan pemerintah  mulai mengumbar kampanye kotor yang menuduh alIkhwan al-Muslimun mempunyai senjata ilegal dan berkomplot dengan Inggris.

Tapi kemenganannya  atas al-Ikhwan al-Muslimun pada akhrinya terbukti sia-sia. Al-Ikhwan al-Muslimun yang tinggal di kamp-kamp selama hidup Nasser telah mengalami serangan sekularisme yang paling agresif.  Dengan demikian akan  terlihat bahwa di dalam kamp-kamp itulah beberapa al-Ikhwan al-Muslimun  meninggalkan visi reformis  al-Banna dan menciptakan fundamentalisme Sunni baru yang keras (fundamentalisme Islam Mesir). Tokoh utamanya  adalah  Sayyid Qutb.

0 comments: