Friday 18 October 2019

Catatan Hari ini tanggal 18 Okt 2019

10:28 Posted by Dziki No comments
Teratai yang rapuh, terhanyut dalam pusaran. Aliran pemikiran yang berkecamuk, ditengah masa masa transisi yang kian membingungkan. Generasi baru yang memangku poros dunia, dengan sama sekali baru. Sistem yang berkembang, Peradaban yang bergerak, Budaya yang tertinggal, mencari cari jalan keluar. Segelumit permasalahan yang kian lama kian menggulung bak ombak di lautan lepas, yang setiap saat bisa menggulung dan menerjang apa saja yang akan di laluinya.
Prolog singkat bagai pengantar untuk generasi kedepan dalam menghadapi tantangan dunia hari ini. Tantangan yang akan di pangku oleh generasi selanjutnya. Negri ini memang Negri dengan berjuta kompleksitasnya. Beragam Bahasa, Budaya, dan Beragam pemikiran yang tumbuh berkembang subur. Terlebih ahir ahir ini, setelah badai PEMILU yang sedikit banyaknya telah membuat gusar sebagian kita, warganya. Pun, efeknya masih terlalu membekas dan siap dipasnaskan. Beberapa polemik yang hadir setelahnya kian memeberikan kesan bahwa negara ini sedang sakit.
Terlebih dengan kasus yang masih hangat dan kawan kawan cendikia mehasiswa kita masih berjuang, yaitu tentang kontroversi nya rencana Undang Undang yang dibuat oleh wakil wakil "Rakyat".
Ya, itu hanya segelumit masalah Negri ini, tapi point yang ingin saya sampaikan adalah, Cara menyikapi berbagai masalah yang terjadi di negara ini di era sekarang, era digitalisasi, era media berbasis elektrik.
Pertanyaannya adalah apakah generasi kita siap menghadapi badai transisi yang begitu hebat ini. Apakah mental generasi kita sudah siap menanangani ini, dan atau bagaimana jika menyoal moralitas generasi kita.

Monday 20 November 2017

Sejarah (Faktor) Kemunculan Fundamentralis Mesir

15:10 Posted by Dziki No comments
Sudah sekian banyak gerakan nasionalisme dilakukan di Mesir untuk membersihkan diri dari penjajahan Inggris. Nasionalisme yang terjadi di Mesir, bagi penulis ada dua tahapan, yaitu nasionalisme sekuler dan nasionalisme  religius.  Yang dimaksud nasionalisme sekuler adalah gerakan nasional yang tidak  berdasarkan Islam sepenuhnya dan masih pro-ideologi Barat, khususnya ideologi yang disampaikan Ali Abd al-Raziq  dan  Lutfi al-Sayyid, para murid Muhammad Abduh. Sementara nasionalisme religius (fundamentalisme) merupakan gerakan  nasional yang sama sekali menghilangkan unsur-unsur Barat di dalamnya dan  murni gerakan nasional agama Islam, seperti gerakan Sayyid Qutb.
Tokoh lainnya terlihat moderat-moderat saja. Hassan al-Banna (1906-49) menemukan cara mengubah pembaruan tokoh-tokoh di atas menjadi sebuah gerakan massa. Ia tahu bahwa Mesir membutuhkan sains dan teknologi Barat; bahwa Barat harus  dimodernisasi secara politik, sosial, dan ekonomi. Ini adalah masalah praktis yang  harus disertai dengan pembaruan rohani dan kejiwaan, yaitu kembali pada prinsip  al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam gerakannya al-Banna senantiasa menegaskan bahwa ia tidak memiliki niatan  untuk mengkudeta atau merebut kekuasaan. Tujuan utama alIkhwan al-Muslimun  adalah pendidikan. Menurutnya ketika rakyat telah menyerap pesan Islam dan  membiarkannya mengubah mereka, maka  Mesir menjadi negara yang Islami  tanpa  melalui kekerasan.
Banna tidak menghendakai al-Ikhwân al-Muslimun menjadi keras atau radikal, ia hanya sangat menaruh perhatian pada pembaruan fundamental masyarakat Muslim yang telah digerogoti penjajahan dan tercerabut dari akarnya.
Kelemahan al-Banna dalam memimpin al-Ikhwan al-Muslimun adalah tidak  mampu mengkordinir anggotanya yang begitu banyak.
Sehingga pada tahun 1943 muncul sempalan kelompok yang bernama “aparat  rahasia”  (al-hijaz  al-sirra) yang dianggap teroris oleh Karen Armstrong. Menurut Richard P. Mitchell, dijelaskan oleh Armstrong bahwa kelompok itu hanya  berjumlah sekitar seribu anggota dan anggota al-Ikhwan al-Muslimun tidak pernah  mendengar keberadaannya hingga hari ini. Barangkali kelompok ini adalah respons atas kebijakan Anwar Sadat yang mendirikan “perserikatan pembunuh” pada akhir  1940-an untuk menyerang Inggris dan politikus-politikus yang dianggap “berkomplot” dengan Inggris. 1948 anggota unit teroris “aparat  rahasia” memulai  kampanye teror yang berawal dengan pembunuhan Ahmed al-Khazinder, seorang  hakim.
Kemudian pada musim panas mereka melakukan serbuan ganas dan  pengeboman distrik Yahudi di Kairo dan puncaknya adalah pembunuhan perdana menteri Muhammad al-Nuqrasyi.
Al-Ikhwan  al-Muslimun yang tidak satu komando ini akhirnya berhasil dibubarkan pada tahun 1948 dengan sadis, tapi lahir kembali pada 1950 bertepatan pada masa  pemerintahan Jamal Abd  al-Nasser (1918-70) yang telah menggulingkan rezim lama dengan kudeta militer.
Rezim Nasser menganut paham sosialis dan sangat ingin membangun hubungan  dengan Soviet. Kebijakan luar negerinya adalah pan Arab dan menekankan  solidaritas Mesir dengan negara Asia dan Afrika. Nasser juga seorang sekularis yang teguh, tak satupun termasuk agama boleh dibiarkan  mengganggu  kepentingan nasional.
Awal-awal Nasser menyanjung al-Ikhwan al-Muslimun karena ia butuh mereka dalam hal retorika Islamnya. Namun kemudian retorika al-Ikhwan  al-Muslimun terlalu populis dan terkesan menyeleweng dari kehendak Nasser, pada akhirnya Nasser membubarkan al-Ikhwan  al-Muslimun pada 1954 dengan alasan bahwa mereka merencanakan revolusi tandingan.
Sekelompok al-Ikhwan al-Muslimun menjadi gerakan bawah tanah dan pemerintah  mulai mengumbar kampanye kotor yang menuduh alIkhwan al-Muslimun mempunyai senjata ilegal dan berkomplot dengan Inggris.

Tapi kemenganannya  atas al-Ikhwan al-Muslimun pada akhrinya terbukti sia-sia. Al-Ikhwan al-Muslimun yang tinggal di kamp-kamp selama hidup Nasser telah mengalami serangan sekularisme yang paling agresif.  Dengan demikian akan  terlihat bahwa di dalam kamp-kamp itulah beberapa al-Ikhwan al-Muslimun  meninggalkan visi reformis  al-Banna dan menciptakan fundamentalisme Sunni baru yang keras (fundamentalisme Islam Mesir). Tokoh utamanya  adalah  Sayyid Qutb.

Saturday 18 November 2017

Sejarah Kemunculan Kaum Fundamen di India

01:40 Posted by Dziki No comments
Pasca runtuhnya kerajaan Mughal, India adalah negara yang sama-sama mengalamipenyakit imperialisme, sebagai mana Mesir dan Iran. Inggris telah  menjajah India yang dihuni oleh dua agama besar, yaitu agama Hindu dan Islam.  Dalam menyikapi penjajah ini dilakukuan berbagai gerakan yang untuk  menetralisir keberadaan penjajah. Ada yang menyikapinya dengan pro-Inggris dan ada pula yang kontra.
Sejak Inggris menguasai pemerintahan, kelompok Barelwis dan ulama Farangi Mahall menerima pemerintahan Inggris. Namun di balik sikap pronya terhadap  Inggris, kelompok ini juga mentransmisikan keyakinan dan praktik tradisional,  termasuk penghormatan terhadap syari’at. Respons berikutnya diterapkan oleh Aligarh dan Liga Muslim yang bergerak pada tataran penyerapan sains Barat dan  pembentukan sebuah identitas politik Muslim yang modern. Respons terakhir ini yang kemudian mengantarkan pada terbentuknya negara baru, Pakistan.
Di balik semua respons di atas, ada dinamika tersirat dalam merespons pemerintahan asing. Respons terhadap pemerintahan asing ini ditandai dengan peperangan tiga pihak, yaitu sesama Muslim, antara Islam dan Hindu, dan antara Islam dan Inggris. Peperangan ini adalah proses tujuan jangka panjang, yakni mengenai masa depan politik dan kultur India.
Berikutnya juga ada pemberontakan Muntiny  (1857)  oleh kalangan Muslim yang disebabkan oleh akumulasi pemerintahan Inggris. Sayangnya pemberontakan ini  mengalami kekalahan. Para pemberontak ditumpas secara kejam sehingga tidak  mudah terlupakan.
Walaupun demikian pasca pemberontakan ini, ada tokoh terkenal yang tetap  memilih untuk menerima pemerintahan Inggris. Tokoh tersebut adalah Sayyid  Akhmad Khan. Ia masih berharap pemerintahan Inggris agar bergaul secara baik  dengan bangsa  India.
Sementara Sayyid Amir Ali hanyalah seorang apolog belaka yang membela Islam dari isu-isu negatif baik dari luar ataupun dari dalam. Ia tidak melakukan budaya  tanding agresif terhadap pemerintahan Inggris.
Tokoh popular berikutnya adalah Muhammad Iqbal. Ia adalah seorang sosialis  yang menganjurkan  solidaritas. Ciri khas gerakannya adalah evolusioner dan  bukan revolusioner sebagaimana dilakukan Mustafa Kemal.
Sementara ketika Muhammad Ali Jinnah menjabat sebagai pemimpin Partai Liga Islam pada tahun 1934, anggaran dasar partainya dirubah dengan corak yang lebih  hidup dan demokratis.
Setelah ia menang  (1945) terhadap “pesta demokrasi” yang diadakan oleh  Inggris pada saat itu Jemaat Islam tidak ikut karena Inggris dianggap kafir. Ia mendeklarasikan berdirinya negara Pakistan.
Sayangnya Jemaat Islam menentang keras program Liga Muslim, karena ia  memandang Partai Liga Muslim sebagai kolaborator dalam perencanaan Inggris untuk memecah belah bangsa India dan menahan kemerdekaan India. Jemaat ini  juga menentang keras sekularisme tokoh-tokoh intelek yang ada dalam partai  tersebut. Mereka begitu meragukan negara tersebut walaupun itu dinamakan negara Islam. Hal ini terlihat dari pandangan Partai Liga Muslim yang  menganggap
keamanan politik Muslim India merupakan pertimbangan utama, sedangkan mengenai konsep dan praktek merupakan permasalah yang sekunder.

Proyek Pakistan terlihat program elit sekuler yang berasaskan nasional demokrasi.  Walaupun sama-sama beridentitas Islam, tapi kali ini akan menjadi rival bagi Muslim fundamentalis.

Saturday 3 December 2016

Sekilas Tentang Neuro Linguistic Programming ™ (NLP)

05:46 Posted by Dziki , No comments
disebut sebagai modeling (ilmu memodel). Tokoh-tokoh awal yang dimodel adalah : Fritz Perls
(Gestalt Psychotherapist), Virginia Satir (Family Therapist), Gregory Bateson (Anthropologist,
cybernetics) dan Milton Erickson (Hypnotherapist). Setelah bertahun-tahun memodel, mereka
berdua berhasil mengembangkan seperangkat teknik mental yang yang sangat berguna dalam
dunia terapi.
NLP lantas dipopulerkan oleh Anthony Robbins hingga meluas di USA dan seluruh dunia,
belakangan Anthony Robbins membuat merek sendiri, yakni NAC (Neuro Associations
Conditioning). Barisan pelopor NLP lantas mulai mengibarkan sayapnya merambah dataran
aplikasi di luar terapi. Ilmu memodel ini dikembangluaskan untuk memodel berbagai
keunggulan manusia; antara lain untuk memodel keunggulan dari orang yang berprestasi
unggul di bidang komunikator, olahraga / atlit, leadership, sales, pengajar, pe-bisnis, karyawan,
penyanyi, meditasi, dan berbagai orang sukses lainnya.
Modeling dalam NLP memungkinkan untuk mempelajari dan menduplikasi keahlian seseorang.
Aplikasi modeling ini sungguh tak terbatas, nyaris bisa dikatakan: "Bila ada seseorang pernah
melakukan sesuatu hal, maka dengan modeling kita juga dapat menduplikasi agar bisa
melakukannya juga". Melalui NLP kita bisa melakukan suatu perilaku unggul manusia dan
memetakannya dalam suatu pola-pola inti tertentu.
Pola-pola inilah yang kemudian disusun ulang dengan urutan dan kombinasi tertentu dan jadi
model of excellence yang dengan mudah diduplikasikan pada orang lain. Beberapa nama besar
yang tercatat menggunakan ilmu NLP dalam meraih kesuksesannya adalah : Michael
Gorbachev, Bill Clinton, Andre Agassi, Lady Di, dan Nelson Mandela. Ronny F. Ronodirdjo,
merupakan sosok kunci di Indonesia yang membuat NLP dan Hypnosis dikenal meluas setelah ia
membuka keran informasi secara publik dan gratis melalui portal, web maupun blog yang
dikembangkannya. Saat ini banyak orang mengikuti langkah Ronny F. Ronodirdjo untuk
menyediakan informasi secara publik dan gratis mengenai NLP dan Hypnosis di Indonesia.
Teknik-teknik NLP telah terbukti memberikan hasil, aplikasinya hampir tidak terbatas. Saat ini
bahkan sudah diterapkan di berbagai perusahaan kelas dunia (Fortune 500), dunia pemasaran,
manajemen, komunikasi, pelatihan, pendidikan, olahraga, ilmu pengobatan, dan
pengembangan pribadi.
Berbagai sistem lain diluar NLP™ juga sangat baik dalam menemukan permasalahan, tapi tidak
memberikan tools yang dapat digunakan secara mandiri (tidak tergantung orang lain : terapis,
coach, dll), tanpa rasa sakit, dan menjanjikan perubahan yang lebih cepat dengan cara yang
menyenangkan.
Secara definitif NLP sering dinyatakan demikian oleh beberapa sumber :
"NLP is an attitude and a methodology that leaves behind a trail of techniques." - Richard Bandler.
"NLP is an accelerated learning strategy for the detection & utilization of patterns in the world" - John Grinder
"NLP is whatever works, and NLP is the Study of the Structure of Subjective Experience" - Robert Dilts
"NLP itu mudah dan mempermudah" - Ronny F. Ronodirdjo


-Ronny F. Ronodirdjo

Monday 28 December 2015

Manifesto Partai Komunis (Surat edaran Marx)

11:14 Posted by Dziki No comments

I. Kaum Borjuis dan kaum proletar [a]


Sejarah dari semua masyarakat:[b] yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas.Orang-merdeka dan budak, patrisir dan plebejer [16], tuan bangsawan dan hamba, tukang-ahli [c] dan tukang pembantu, pendeknya: penindas dan yang tertindas, senantiasa ada dalam pertentangan satu dengan yang lain, melakukan perjuangan yang tiada putus-putusnya, kadang-kadang dengan tersembunyi, kadang-kadang dengan terang-terangan, suatu perjuangan yang setiap kali berakhir dengan penyusunan-kembali masyarakat umumnya atau dengan sama-sama binasanya kelas-kelas yang bermusuhan.

Dalam zaman permulaan sejarah, hampir di mana saja kita dapati suatu susunan rumit dari masyarakat yang terbagi menjadi berbagai golongan, menjadi banyak tingkatan kedudukan sosial. Di Roma purbakala terdapat kaum patrisir, kaum ksatria, kaum plebejer, kaum budak, dalam Zaman Tengah kaum tuan feodal, kaum vasal, kaum tukang-ahli, kaum tukang-pembantu, kaum malang, kaum hamba; di dalam hampir semua kelas ini terdapat lagi tingkatan-tingkatan bawahan.
Masyarakat borjuis modern yang timbul dari runtuhan masyarakat feodal tidak menghilangkan pertentangan-pertentangan kelas. Ia hanya menciptakan kelas-kelas baru, syarat-syarat penindasan baru, bentuk-bentuk perjuangan baru sebagai ganti yang lampau.
Tetapi zaman kita, zaman borjuasi, mempunyai sifat yang istimewa ini: ia telah menyederhanakan pertentangan-pertentangan kelas. Masyarakat seluruhnya semakin lama semakin terpecah menjadi dua golongan besar yang langsung berhadapan satu dengan yang lain - borjuasi dan proletariat.
Dari kaum hamba pada Zaman Tengah timbullah wargakota berhak-penuh dari kota-kota yang paling permulaan. Dari wargakota-wargakota ini berkembanglah anasir-anasir pertama dari borjuasi.
Ditemukannya benua Amerika, dikelilinginya Tanjung Harapan di Afrika Selatan, memberikan lapangan baru bagi borjuasi yang sedang tumbuh, pasar-pasar di Hindia Timur dan Tiongkok, kolonisasi atas Amerika, perdagangan dengan tanah-tanah jajahan, bertambah banyaknya alat penukaran dan barang dagangan pada umumnya, memberikan kepada perdagangan, kepada pelajaran, kepada industri, suatu dorongan yang tak pernah dikenal sebelum itu dan bersamaan dengan itu memberikan kepada anasir-anasir revolusioner dalam masyarakat feodal yang. sedang runtuh itu suatu kemajuan yang cepat.
Sistim industri yang feodal, di mana produksi industri dimonopoli oleh gilda-gilda semata-mata, sekarang tidak lagi mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang makin bertambah dari pasar-pasar baru. Sistim manufaktur [17] menggantikannya. Tukang-tukang-ahli didesak keluar oleh kelas tengah manufaktur; pembagian kerja di antara berbagai gabungan gilda hilang dengan lahirnya pembagian kerja di setiap bengkel pertukangan sendiri-sendiri.
Sementara itu pasar-pasar senantiasa makin meluas, kebutuhan senantiasa bertambah. Sistim manufaktur itupun tak dapat lagi mencukupi. Segera sesudah itu uap dan mesin-mesin merevolusionerkan produksi industri. Kedudukan manufaktur direbut oleh Industri Modern raksasa, kedudukan kelas tengah industri oleh milyuner-milyuner industri, pemimpin-pemimpin kesatuan-kesatuan lengkap dari tentara industri, kaum borjuis modern.
Industri modern telah menciptakan pasar dunia yang telah dibukakan jalannya dengan ditemukannya Amerika. Pasar ini telah memberikan kemajuan maha besar pada perdagangan, pada pelajaran, pada perhubungan di darat. Kemajuan ini, pada gilirannya, bereaksi terhadap meluasnya industri; dan sebanding dengan meluasnya industri, perdagangan, pelajaran, perhubungan kereta api, maka dalam perbandingan yang sama borjuasi pun maju pula, kapitalnya bertambah dan mendesak ke belakang tiap-tiap kelas peninggalan dari Zaman Tengah.
Oleh sebab itu tahulah kita, bagaimana borjuasi modern itu sendiri adalah hasil dari perjalanan perkembangan yang lama, dari suatu rangkaian revolusi-revolusi dalam cara produksi dan cara pertukaran.

Tiap langkah dalam perkembangan borjuasi diikuti oleh suatu kemajuan politik yang sesuai dari kelas itu. Suatu kelas tertindas di bawah kekuasaan bangsawan feodal, suatu perserikatan bersenjata dan memerintah sendiri dalam komune [d] pada Zaman Tengah; di satu tempat berupa republik-kota yang merdeka (seperti di Italia dan Jerman), di lain tempat berupa, "pangkat ketiga" [18] Wajib-pajak dalam monarki (seperti di Perancis), sesudah itu, dalam masa manufaktur yang sebenarnya, dengan mengabdi pada monarki setengah-feodal [19] atau absolut sebagai kekuatan imbangan terhadap kaum bangsawan, dan dalam kenyataannya, batu dasar bagi monarki-monarki besar pada umumnya, maka pada akhirnya borjuasi, sejak berdirinya Industri Modern dan pasar dunia, telah merebut untuk dirinya sendiri segenap kekuasaan politik di dalam Negara konstitusionil modern. Badan eksekutif negara modern hanyalah merupakan sebuah komite untuk mengatur urusan-urusan bersama dari seluruh borjuasi.
Sumber : www.marxis.org