Thursday 12 February 2015

Hermeneutika Sebagai Aksiomatika (Bagian I)

18:52 Posted by Dziki , No comments


Hermeneutika bukan hanya berarti ilmu interpretasi, yakni suatu teori pemahaman, tetapi juga berarti ilmu yang menjelaskan penerimaan wahyu sejak tingkat perkataan sampai ketingkat dunia. Ilmu tentang proses wahyu dari huruf sampai kenyataan, dari logos sampai praxis, dan juga tranformasi wahya dari Pikiran Tuhan sampai kepada kehidupan manusia. 

Yang pertama adalah kritik kesejarahan, yang menjamin keaslian kitab suci dalam sejarah; tidak mungkin akan terjadi pemahaman bila tidak ada kepastian bahwa yang dipahami itu secara historis asli. Sebab jika tidak, pemahaman terhadap sebuah teks yang asli tidak akan menjerumuskan orang pada kesalahan. Setelah menentuukan keaslian historis kitab suci tersebut dan tingkat kepastiannya benar-benar asli, benar-benar tidak asli, atau relative asli atau tidak asli proses pemahaman diawali dengan dasar yang kuat.
Disinilah hermeneutika muncul sebagai ilmu pemahaman dalam artinya yang paling tepat, berkenaan terutama dengan bahasa keadaan-keadaan kesejarahan yang melahirkan kitab-kitab suci itu. Setelah mengetahui arti yang tepat dari teks tersebut kita memasuki langkah ketiga, proses menyadari arti ini dalam kehidupan manusia, yang merupakan tujuan akhir wahyu Allah.
Dalam bahasa fenomenologis dapat kita katakana bahwa hermeneutika adalah ilmu yang menentukan hubungan antara kesadaran dengan objeknya, yakni kitab-kitab suci. Mula-mula kita memiliki ‘kesadaran historis’, yang menentukan keaslian eks dan tingkat kepastiaannya. Kedua, kita memiliki kesadaran ‘eidetik’, yang menjelaskan makna teks menjadi kesadaran rasional. Ketiga adalah ‘kesadaran praktis’ yang menggunakan makna tersebut sebagai dasar teoritis bagi tindakan dan mengantarkan wahyu pada tujuan akhirnya dalam kehidupan manusia dan di dunia ini sebagai struktur ideal yang mewujudkan kesempurnaan dunia.
Kasus dalam islam berarti bahwa hermeneutika yang membahas injil akan diungkakan melalui pola islamis. Islamis disini tidak mesti berarti religious, disini artinya adalah bentuk rasionalisasi yang paling tepat serta tingkat aksiomatisasi yang paling tinggi. Pembahasan yang menyangkut keabsahan pola yang diajukan ini merupakan bagian dari ‘hermeneuitka dialektis’. Hermeneutika sebagai aksiomatika dimulai setelah penerimaan pola ini sebagai dalil dan aksioma. Bukti rasional merupakan criteria terakhir.

0 comments: